WARNING : JIKA KALIAN ALERGI DENGAN APA-APA YANG BERBAU LEBAY, KLIK CLOSE TAB ATAU KLIK BLOG LAIN YANG LEBIH MENDIDIK. Piss... ^_^
Atap di atasku serasa menimpaku. Teriakan orang-orang menusuk gendang telingaku. Aku melihat Mama, tapi sedetik kemudian Mama berganti kakak perempuanku. Dan... apa itu di belakang Kakak? Makhluk hitam legam yang besar sekali, matanya seperti obor. Teriakan mereka makin menyiksaku. Dan makhluk besar itu kenapa tiba-tiba berubah menjadi badut. Menari-nari di depanku. Apa yang harus aku lakukan? Tertawa? Penginnya sih tertawa, tapi aku malah takut setengah mati.
“Sayang, bangun. Minum dulu obatnya!” Badut itu menyuruhku minum obat. Oh, tidak! Dia sekarang mengelus keningku. Aku harus menampik tangannya. Aku risih sekali melihat hidung bulatnya, bibir besarnya yang berwarna merah merona, muka putih temboknya, dan rambut kribo berwarna merah jambu dan hijau.
“Sayang!” Ia memanggilku lagi, tapi kali ini disertai tekanan keras di bahuku dan tepukan kecil di pipi kiriku.
Berangsur-angsur aku tersadar, mengerang pelan, dan... Mama?
Oh, aku berhalusinasi. Aku demam tinggi. Kepalaku terasa ditindih tumpukan batu bata.
“Mhaa... maah...” desisku. Suaraku mana?
“Minum hangat, Sayang. Terus diminum obatnya!” bisik Mama. “Aduh-aduh, anak Mama...” Mama membantuku duduk.
Ugh, aku benci sekali sakit. Seakan aku adalah manusia yang tidak berdaya sedunia. Perutku lapar sekali, tapi semua yang masuk mulutku rasanya pahit semua. Seolah aku sedang minum jamu daun singkong.
“Mama, kenapa aku sakit?” Pertanyaan bodoh. Padahal aku tahu pasti, sebab kenapa aku sakit.
“Mungkin karena kamu kehujanan kemarin, Sayang?” sahut Mama penuh dengan kelembutan. Mama membelai rambutku. Iya, untuk saat ini. Tapi entahlah, apa yang akan Mama lakukan jika mengetahui sebab mengapa aku kehujanan. Mungkin Mama akan langsung mengirimku ke Kutub Utara, biar aku dimakan hiu tombak sekalian. Aku tersenyum kecut berbarengan dengan denyutan hebat di kepalaku.
“Ck!” Aku berdecak pelan ketika mengingat kejadian kemarin sore. Kejadian paling telenovela abis. Aku benci mengingatnya, tapi kejadian itu seakan melekat keras di otakku. Aku bertanya-tanya, apakah di dalam otakku ada lemnya?
Kalian ingat iklan kartu As? Ketika adegan laki-laki dan perempuan hujan-hujanan dan saling berteriak. Yup! Kira-kira seperti itulah yang terjadi padaku kemarin. Sangat romantis, menyakitkan dan... MEMALUKAN. Jika ada kontes adegan ter-lebay, mungkin aku akan nangkring di posisi pertama dan mendapatkan piala.
***
Aku berdiri di koridor sekolah. Sendirian. Hari ini memang hari Minggu, tapi aku rajin sekali datang ke sekolah. Tapi aku tidak datang untuk belajar. Gila saja, belajar sendirian di sekolah ketika hari libur, seperti orang patah hati saja. Aku datang karena Daniel. Sepertinya otakku sudah penuh dengan adegan romantis di televisi. Datang ke suatu tempat dalam kondisi hujan deras hanya untuk seorang laki-laki yang dicintainya. Daniel menyuruhku datang ke sekolah sore ini. Akan ada hal penting yang ia sampaikan. Itulah yang tertulis di selembar kertasnya kemarin siang di sekolah.
Besok jam 3 sore, datang ke sekolah. Penting!!
Daniel
Kami memang akrab dan hal itu membuatku melayang. Daniel memperhatikanku dan sering memanggilku “Beb”. Daniel sering membawakanku cokelat dan menraktirku di kantin. Mengantarku pulang sekolah dan aku jatuh cinta padanya.
Tapi setelah aku pikir-pikir, Daniel memang seperti itu orangnya. Ia akrab dengan siapa saja. Dan ia baik sekali. Bukan cuma aku saja yang diantarnya pulang. Kadang aku ragu dengan sikapnya, tapi lain waktu aku yakin sekali ia menaruh rasa padaku. Sampai kertas itu tergeletak begitu saja di mejaku dan aku membacanya. Ingin sekali aku berteriak, melompat dan berjoget. Tanpa sadar aku tersenyum ketika mengingatnya.
Tiba-tiba mataku menangkap sosok itu dengan seorang wanita. Duduk di kursi aula, berdempetan, dan... berciuman? Entahlah, aku kurang begitu jelas dengan apa yang mereka lakukan. Yang penting wajah keduanya sangat dekat dan aku yakin sekali mereka melakukan hal itu. Maksudku mereka... aku tidak sanggup mengatakannya.
Hawa memang sangat dingin, tapi aku bisa merasakan panas menjalar ke wajahku ketika tahu bahwa sosok itu adalah Daniel dan Tika, teman sebangkuku. Hidungku panas sekali.
Aku menyeberangi halaman menuju aula. Hentakan langkahku mengagetkan mereka berdua. Aku tidak bermaksud mengganggu mereka. Aku hanya ingin pulang, dan jalan satu-satunya untuk mencapai gerbang depan aku harus melewati aula. Aku berhenti sejenak ketika sampai di depan mereka.
“Ocha?” seru mereka bersamaan. Ada kilatan kekagetan dan malu di wajah menyebalkan mereka.
“Jahat banget!” geramku. Dan aku langsung berlari menyambut hujan. Menyembunyikan air mataku di balik serbuan air hujan. Airnya seperti ribuan tombak yang diluncurkan dari langit. Mataku tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depanku. Tapi aku tidak peduli. Aku nekat menerobosnya dan berderap cepat sekali. Aku tidak peduli bajuku basah dan sepatu baruku terkena lumpur. Yang aku pedulikan hanya rumah. Aku ingin cepat-cepat meringkuk di balik selimut di dalam kamar mungilku. Menangis sepuasnya sampai mataku berdarah. Aku benci Daniel.
“OCHAAA!” Itu adalah teriakan dari orang yang paling menyebalkan. Daniel.
Aku mengabaikannya. Hebatnya aku, mengabaikan cowok paling populer di sekolahan. Sebagian hatiku merasa bangga bisa mengabaikannya, tapi sebagian lagi terpuruk. Seperti jatuh ke dalam sumur penuh ular berbisa. Sakit dan menakutkan.
“OCHA!”
Oh, tidak! Aku merasakan bahuku dicekal dari belakang. Langkahku sontak berhenti dan menoleh cepat. Daniel? Ia menatapku tajam, napasnya terengah-engah, rambutnya, bajunya, basah semua. Itu artinya Daniel menyusulku dan kita sedang hujan-hujanan bersama. Mana Tika?
“AKU NGGAK BAKAL SUDI NGOMONG SAMA KAMU!” semburku. Aku mengacungkan telunjukku tepat di depan hidungnya. Oh, oke, hidung belangnya.
Daniel mengusap wajahnya, walaupun usahanya sia-sia karena air hujan terus-menerus mengguyur wajah tampannya. “Kamu kenapa sih?” tanyanya.
Apa aku harus menonjoknya? Bisa-bisanya ia bertanya dengan tampang bayi, seakan tidak pernah melakukan kesalahan. “Kenapa? Ha? Kenapa?” sahutku. Pelan tapi bernada sarkastis
“Aku nggak tahu kenapa kamu seperti ini?” Ia memegang kedua bahuku. Meminta penjelasan. Aku menampik tangannya.
“Jangan sok berkura-kura dalam perahu deh!” teriakku.
“Aku bukan kura-kura dalam perahu!” Ya, memang bukan. Kamu itu buaya dalam empang, batinku.
“Denger ya, aku punya mata, aku punya perasaan. Gimana bisa kamu melakukan hal itu di depan mataku?”
Dahinya berlipat seratus. Itu pertanda bahwa ia sedang bingung sekali. Bodoh, rutukku dalam hati. Aku membuang muka.
“Kalau ngomong itu yang jelas. Aku melakukan apa?” ia merentangkan tangan, sekali lagi meminta penjelasan. “Aku berduaan sama Tika? Apa yang salah? Lagian kamu ngapain di sekolah libur-libur begini?”
Tunggu! Apa yang baru saja dia tanyakan? Ngapain aku ke sekolah? Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu. Ini semua gara-gara kamu, dodol.
Aku menghela napas kuat-kuat. Apakah aku sanggup mengatakannya? Membayangkannya saja aku merasa muak sekali. Tapi oke, aku membencinya, tapi aku akan berbaik hati untuk mengatakan yang sebenarnya. Mungkin saja ia sedang amnesia sesaat, dan aku harus memukul kepalanya dengan batu. Atau... atau aku saja yang salah sangka, salah paham, salah pengertian? Tiba-tiba saja aku merasa malu dan takut untuk mengatakan yang sebenarnya. Tapi aku harus mengatakannya.
“Aku rela hujan-hujan datang ke sini demi kamu. Bukankah kamu yang menyuruhku datang ke sini? Apa kamu sengaja mainin aku?”
“Aku...”
“Aku nggak tau maksudmu apa,” potongku. “Tapi kamu harusnya tau bagaimana cara menghargai orang lain!” Aku tersedu.
“Ocha, denger. Sumpah aku nggak tau apa maksud kamu. Aku menghargaimu selama ini, aku nggak pernah bermaksud bikin kamu... sakit hati. Maksudku, kalau memang sekarang kamu sakit hati. Tapi ada apa? Kenapa kamu sakit hati?”
Aku makin bingung saja dengan kalimat-kalimatnya. Dan aku semakin yakin kalau memang aku yang keliru. Tapi... kertas itu?
Aku celingukan mencari tempat teduh, tapi sebelum menemukannya, Daniel sudah menggandengku dan membawaku ke aula. Tika menatapku cemas, ia menghampiriku.
“Ocha, kamu ngapain ke sini?” tanyanya.
Aku menggeleng, kemudian tangan gemetarku membuka resleting tas selempangku. Basah sampai ke dalam-dalamnya. Aku mengeluarkan kertas kecil yang pinggirannya sudah lembek terkena air hujan, tapi tulisan itu masih jelas terbaca.
Dengan sangat tidak sopannya, Daniel merebut kertas kecil itu. Aku melihat matanya membesar, menatapku dan Tika bergantian. Wajah tampannya menyiratkan kebingungan mendalam. Aduh, kenapa dadaku berdetak-detak kencang, seperti ada seseorang yang menabuh drum di dalam dadaku.
“Ini kertasku!” Tika meraih kertas itu. “Kok bisa ada di kamu, Cha?”
“Iya, Cha, ini memang kertas dariku tapi buat Tika. Kamu nemu dimana?” Pertanyaan keduanya jelas membuatku mengkeret. Aku menyesal tidak sekolah di Hogwarts dan belajar ilmu menghilang di sana. Kali ini aku benar-benar membutuhkan ilmu menghilang itu. Help me! Mantra apapun yang penting aku bisa lenyap seketika.
“DORAEMOOOOON, DIMANA KAMUUU, PINJEM PINTU KEMANA SAJANYA DOOOONG!!!!” Teriakku dalam hati.
50 comments
ahh kasian banget si Ocha, salah alamat ternyata selama ini *pengen ngakak* :P
Ooohh ini cerpen yaaa. Kirain waktu awal baca peringatan itu, ini semacam curhat. XD
hahaha, kasian dia. sedih, kasian ngakak campur aduk dah. bisa aja ni ceritanya.
memang di situ ngga ada port key? :P
Gak lebay-lebay amat kok, mbak! Mungkin si amat yg lebay! Bhahaha
wkwkwkwkwk ini contoh yang suka menelan mentah-mentah sesuatu yak..
kece-kece..
aduh kasihan si ocha ya, untung cuma cerpen....kalo sampe beneran gitu rasanya pasti sakit banget ya wury...
@Tiesa Iya, contoh cewek yang terlalu GR-an tuh Tis :D
hehe..suka ama endingnya...^^, semoga doraemon segera datang ya?hehe...
Lah, ngapain si Daniel ampe ngejar2 klo emang gak ada perasaan ama Ocha? Yeee... >_<
Sini biar aku tabokin aja Danielnya huh!
*terbawa suasana*
endingnya terharu biru :'(
ehhh mba aku jadi takut baca ini "WARNING : JIKA KALIAN ALERGI DENGAN APA-APA YANG BERBAU LEBAY, KLIK CLOSE TAB ATAU KLIK BLOG LAIN YANG LEBIH MENDIDIK. Piss... ^_^" di blogmu. kenapa? yang sabar yah!!
aha, kisahnya kagak terlalu lebay si menurut gue .. hehe
eniwei, buat Ocha dalam kisanya ..
"Hogwarts itu gak ada.. cumungudh ea"
wkkk
sini sini, mau diajarin ilmu menghilang, tapi kl berat badan diatas 80 kg gak bisa, hahaa :p
@Uzay ^,^Tes dung ces XD
hahhaaa..... nggak lebay kok. bagus ceritanya (y)
Nyimak ajaa aahh.. :D
yg bikin cerita ini jadi terlebay adalah Kang DORAEMON hahahahhaha....!
huehehehe... seperti itu tokh :p
warningnya tuh khusus utk post cerpen ini? Ceritanta bagus kok, alurnya natural...
hah?? hogwarts ?? belum kenalan sama Hary Potter ya... sayang banget, ngga bisa pinjem Jubah Ghaibnya.. ^^
Doraemon disini... tapi aku telat datang nih, gimana kalau kita pakai mesin waktu dulu setelah itu baru aku pinjamin pintu kemana saja....
tapi ingat loh sesajen untukku...Kue Drayaki :)
hihii... gue kire tadi elo mau curhat :p
jadi pengen ngilang juga kayak Ocha *tiinggg* malang bener lo Cha, sabar ye...hehe
Judulnya buat pengen baca hehe
Maafkan aku karena pengen ngakak.. Hihihi...
Sabar yaaa OChaa.... :D
@Ayu Welirang Iya cerpen, jelek ya, kok aku baca ulang jadi eneg sendiri haha...
@cerita anak kost Hah, kamu sedih mas? Kok bisa :D
@NF Yah, Ochanya aja yang terlanjur GR setengah mati :D
@eksak Atau kamu yang lebaaay :D
Piss...
@Uzay ^,^ Bertingkat, yes, tapi ada yang aneh nih, masak nulis komentarnya harus di halaman lain? Cara ngerubahnya gimana ya? :)
@Mami Zidane Iya, Mi, aku pernah lho ngerasain haha... curhat beneran nih :D
@iwanTapi sayangnya doraemon nggak datang. sibuk sama nobita tuh :D
@Mayya Si danielnya itu ngejar sialnya dia denger ocha bilang "Jahat banget!' gitu, maksudnya penasaran tapi aku ngarangnya nggak begitu lengkap, bingungin ya? XD
Jangan ditabok, sayang tangannya :D
@Faizal Indra kusuma Ha? terharu? kamu aneh deh, Zal. Itu sih memalukan hahaha
Ah itu cuma peringatan buat yang mau baca cerpen kece ini aja kok. Jangan atut dong :D
@EYSurbakti cumungudh? jadi kamu yang lebay nih plus alay :D
Nggak lebay ya? Makasiiiih :D
@Stupid monkey Yey, itu sih ilmu terbang bukan menghilang :D
Tapi nggak mau ah, ntar kesasar ke tengah laut kan berabe :D
@Echie:-D Masa siiih? Makasih ya :D
@Hacc Monggo :)
@Bung Penho Ketahuan nih, kamu nggak suka ya sama doraemooon :D
@Majalah Masjid Kita Apanya yang seperti itu? :D
@Ririe Khayan Iya Mbak Ri hehehe
Natural? Wow, kayak sampo hehe
@srulz Iya, padahal kalo bisa pinjem jubah gaibnya kan enak banget. Bisa menguntit sepuasnya :D
@f4dLy :) Wah beneran nih? Aku tunggu deh. Kue dorayakinya diganti sama onde-onde aja mau nggak? :D
@Si Belo Yey, sobar seber aja nih mbak Nay, kasih duit sini :D
@Cari Tentang Baca bener nih? :)
@armae Tak termaafkan :D
Gimana kerjaan barunya? Asyik ya, sampe lama banget ngilangnya :)
cerpennya bagus Wury, terima kasih ya kunjungannya, maaf baru bisa berkunjung balik
@Wurysetelan - Komentar - Penempatan Formulir Komentar- pilih semat dibawah entri
Support kawan
kunjungan gan.,.
bagi" motivasi.,.
Orang miskin bukanlah seseorang yang tidak mempunyai uang,
tapi ia yang tidak memiliki sebuah mimpi.,
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,
cerita yg hidup dan mengalir begitu saja seperti air. salam kenal yaaaa
Posting Komentar