http://www.ministrywatch.com/App_Themes/Gifs/star.gif

Pages

Subscribe Twitter Facebook

Jumat, 30 Desember 2011

Janji Itu (bukan) Sebuah Beban

“YHEEEEE!” Aku melompat saking senangnya dan tanpa sadar aku memeluk seseorang di sampingku. Aku terlalu senang, sampai-sampai aku nggak sadar dengan apa yang aku lakukan. Semakin lama suasana yang rame mendadak sunyi senyap, seakan teriakan-teriakan tadi ditelan bumi dan aku tersadar seketika.
“Brengsek!” Tania menyambar tasnya dengan kasar dan berlalu tanpa berkata sepatah katapun.
Sebelum terjadi sesuatu yang nggak diinginkan, aku berlari menyusul Tania yang sudah jauh melesat melewati pintu rumahku.
“TANIA!” Aku berteriak memanggil Tania. Namun Tania nggak menggubris panggilanku.
Aku berlari cepat, akan tetapi Tania sudah berhasil sampai di seberang jalan dan menghilang di kegelapan. Aku berhenti. Dadaku naik turun karena napas yang memburu. Aku terlalu kaget dan belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Tanpa terasa, air mataku sudah mengalir deras menyusuri pipiku. Apa yang telah aku lakukan? Aku sudah mengkhianati janji yang sudah kita sepakati. Hawa dingin malam itu nggak aku rasakan walaupun aku hanya memakai kaus tipis dan celana pendek.
“Mel,” aku merasakan tepukan lembut di bahuku. Tanpa menolehpun aku sudah tahu siapa laki-laki yang sekarang sudah berdiri di sampingku. Tapi aku nggak berminat membalas panggilannya. Air mataku masih mengalir tanpa bisa aku hentikan.
“Aku nggak tau ada rahasia apa antara kamu dan Tania. Tapi aku tau sekarang ada sesuatu yang terjadi antara kalian berdua,” kata Tian sambil memainkan handphone-nya dengan kedua tangannya.
Aku menarik napas panjang, tapi aku belum tahu apa yang akan aku ucapkan. Pikiran ini masih mbundet memikirkan Tania.
“Mau ngomongin alasannya nggak?” tanya Tian.
Aku menggeleng pelan dan mulai berjalan pelan. Tanpa banyak kata, Tian mulai mengikutiku kembali ke dalam rumah. Aku kembali duduk di depan televisi yang menayangkan pertandingan sepak bola, Indonesia vs Kamboja. Gol yang diciptakan Bonai beberapa menit lalu berhasil membuatku terlonjak senang sekaligus berhasil mengantarku ke dalam masalah besar, antara aku dan Tania. Pandangan mataku kosong dan aku nggak peduli dengan tatapan-tatapan bertanya teman-temanku. Tapi ternyata teman-temanku cukup baik dan mereka bersikap seakan-akan nggak ada yang terjadi. Beberapa detik kemudian, mereka kembali berteriak memberi semangat para pemain sepak bola, kecuali aku. Mataku memang terpaku di layar televisi, namun pikiranku terbang entah kemana. Aku sendiripun nggak tahu.

***

Aku melirik jam beker, 23.45. Tapi mata ini bener-bener nggak bisa diajak kompromi. Pengen banget tidur, tapi nggak bisa. Teman-temanku udah pulang setelah pertandingan sepak bola yang dimenangkan oleh Indonesia selesai.
Pikiranku melayang jauh ke dua bulan silam. Saat-saat aku dan Tania membuat janji tertulis, resmi bahkan memakai materai segala. Aku bangun dan mulai berjalan menuju meja belajar. Aku mengeluarkan kertas berwarna pastel dari dalam laci.

Janji singkat kita
–Mela & Tania-

Hari ini, 29 Oktober 2011, kita berdua sepakat untuk membuat janji. Tulisan ini dibuat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Adapun janji yang sudah kita sepakati adalah sebagai berikut di bawah ini :
1.      Tidak boleh menyimpan satupun rahasia, karena rahasiamu adalah rahasiaku.
2.      Tidak boleh menonton film 17+ sebelum kita 18 tahun karena kita baru 16 tahun.
3.    Tidak boleh mencontek pas ulangan walaupun dalam keadaan mendesak sekalipun.
4.     Tidak boleh mendapat nilai kurang dari 5.
5.      Tidak boleh memakai bedak sebelum kita lulus SMA karena akan merusak kulit muda kita.
6.     Tidak boleh menghina dan atau menjelek-jelekan orang lain karena itu perbuatan tercela sedunia.
7.     Tidak boleh bersikap kecentilan di depan cowok manapun.
8.      Tidah boleh suka sama cowok yang sama.
9.      Tidak boleh bersentuhan apalagi berpelukan dengan cowok yang Mela atau Tania suka.
10.  Tidak boleh pacaran tanpa sepengetahuan sahabat sendiri karena itu berarti mengkhianati masing-masing dari kita.

Barang siapa melanggar janji tertulis di atas ini, masing-masing dari kita berhak mendapat konsekuensi. Adapun konsekuensi yang kita berdua sepakati adalah sebagai berikut :
1.      Konsekuensi ringan untuk poin 1 s.d 7 :

Tidak ada canda, tawa, dan sapaan selama 3 minggu.

2.      Konsekuensi berat khusus untuk poin 8 s.d 10 :

Istilah SAHABAT perlu dipertanyakan.

Demikian janji singkat kita –Mela & Tania- .
2+2=4
5+6=11
Itu bukan pantun cuma itung-itungan biasa aja kok. Cukup sekian dan terima kasih.

With Love,
Mela ^_^
Tania ^_^

Mataku terpaku di poin 8 dan konsekuensi berat yang memang membuatku berat. Sekilas aku menyesali janji yang kita buat. Aku merasa frustasi. Akankah persahabatanku dengan Tania akan hilang tanpa jejak dan nggak bisa ditolerir lagi hanya karena sebuah perbuatan yang aku sendiri masih nggak ngerti sampai detik ini.
Ya, Tian adalah sosok laki-laki yang Tania suka sejak beberapa bulan yang lalu. Dan itu artinya, aku nggak boleh bersentuhan ataupun berpelukan dengan Tian. Tapi apa yang aku lakukan tadi? Memeluk Tian. Tapi kan itu refleks, suatu tindakan yang nggak bisa dikendalikan begitu saja. Harusnya Tania tahu apa yang aku lakukan adalah tindakan refleks, tapi kenapa reaksi Tania begitu berlebihan.
Sudah ratusan kali aku telepon Tania, akan tetapi nihil. Tania nggak sudi mengangkat teleponku dan terakhir hanya suara operator yang tertangkap gendang telingaku. Handphone Tania nggak aktif. Terpaksa semua kegundahan aku bawa ke dalam mimpi.

***

Aku berjalan menuju kelas XI IPA-1 dan segera memasuki kelas dengan langkah lunglai. Aku bertambah lunglai ketika tahu bahwa kursi kesayanganku sudah ada penghuninya. Aku melihat kursi sebelah sudah teronggok tas milik Tania, tapi entahlah kemana dia pergi.
“Dila, kok kamu duduk di sini?” tanyaku kepada Dila.
“Maaf ya, Mel, tapi tadi Tania yang nyuruh aku duduk di sini. Katanya mulai sekarang kamu duduk sama Agnes,” jawab Dila pelan. Aku tahu Dila salah tingkah dan merasa nggak enak denganku. Akan tetapi aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum canggung.
Aku berjalan ke bangku deretan paling depan mendekati Agnes yang baru sibuk mencatat sesuatu. Sewaktu berjalan ke arah depan, aku berpapasan dengan Tania. Tapi sayang, Tania nggak menggubris sapaanku. Ya sudahlah, Tania masih emosi, walaupun aku jelasin sampai mulut berbusa sekalipun mungkin Tania tetep nggak mau tahu. Nanti aja kalau udah agak reda emosinya, batinku.
“Agnes, sekarang aku duduknya sama kamu, ya,” ujarku dan dibalas dengan senyuman dan menepuk-nepuk kursi di sebelahnya mempersilakan aku duduk.
“Aku lagi nyalin catetan Biologi, nih. Kemarin aku kan nggak masuk, hehe...!” jelas Agnes tanpa kuminta.
Bel masuk sudah berdering, tapi entah kenapa Bu Sarah guru Fisika belum juga masuk kelas. Sambil menunggu Bu Sarah, aku dan Agnes mengobrol banyak hal.
“Mela,” aku mendongak ke arah pintu dan menangkap sosok Tian tersenyum ke arahku. Aku terlalu shock dan takut sampai-sampai aku nggak berani menoleh ke arah Tania. Tapi tanpa menolehpun aku bisa menebak bagaimana wajah Tania. Aku menunduk dan setengah berharap Tian pergi dan segera menuju kelasnya sendiri yang berada di sebelah kelas XI IPA-1 yakni kelas XI IPA-2.
Akan tetapi harapan tinggal harapan. Tiba-tiba Tian sudah berada tepat di depanku dan jongkok memandangku yang sedang sibuk menunduk. Untuk mengalihkan perhatian dan mengusir grogiku yang mulai kumat, aku memutar posisi duduk ke belakang dan disambut oleh tatapan bertanya Sintia.
“Mel, kamu kok aneh gitu sih?” ujar Tian sambil menepuk bahuku. Aku tetap bergeming walaupun sekarang Tian mulai menggoyang-goyang bahuku. “MELA!” kata Tian sedikit berteriak dan kali ini aku menyerah. Perlahan aku kembali menghadap depan dan dihadapkan sosok Tian yang tajam menatapku.
“Ada apa?” tanyaku pelan.
“Nggak. Aku cuma mau pinjam motormu aja kok. Boleh kan?” sahut Tian. Tanpa banyak omong, aku mengulurkan kunci motorku karena yang ada di pikiranku hanya Tian pergi dari hadapanku sebelum Tania semakin benci sama aku.

***

Aku membelokkan motorku ke pom bensin.
“Sepuluh ribu aja, Pak,” kataku. Aku membuka jok motor dan mataku menangkap kertas yang terlipat sedemikian rupa. Penasaran. Kertas apa, perasaan aku nggak pernah menaruh kertas di jok. Sembari menunggu motorku diisi bensin, aku memungut kertas itu dan menangkap sekilas sebuah nama TIAN.
“Sudah, mbak,” ujar bapak itu.
“Oh iya, Pak. Ini, terima kasih, Pak!” sahutku sambil mengulurkan selembaran uang sepuluh ribuan dan menuntun motorku ke depan.
Karena penasaran, aku nggak langsung pulang. Aku berjalan menuju bawah pohon cemara yang ada di sekitar pom bensin. Aku menatap kertas yang melambai-lambai ingin segera dibaca. Entah apa yang terjadi, keringat dingin mulai keluar.
“Tian? Ngapain Tian ngasih aku surat segala?” gumamku.
Dengan tangan sedikit gemetar, aku mulai membuka lembaran kertas itu. Mataku terpaku menatap rangkaian kata demi kata yang ditulis oleh Tian.

Dear Mela,
Hai, Mel. Kaget ya? Atau malah bertanya-tanya kenapa aku pake kirim-kirim surat segala? hehe... kalau kamu bingung, ayo Mel, kita tos. Sama aku juga bingung kok bisa-bisanya aku kirim surat ke kamu. Aku nggak bisa nulis surat yang baik, jadi to the point aja yah, karna aku emang nggak suka yang namanya basa-basi karna memang bahasaku udah basi dari tadi.

Walaupun keningku berkerut, tapi aku tersenyum juga membaca kalimat Tian barusan. Senyum-senyum di pom bensin gini sebenernya aneh tapi biarin ajalah. Aku meneruskan membaca surat dari Tian.

Mel, sejak kejadian tadi malem di rumah kamu tepatnya pas kamu meluk aku, jujur aku merasa aneh. Deg-degan itu pasti dan kaget juga dapet pelukan dari kamu, Tapi aku lebih kaget lagi dengan sikap Tania yang tiba-tiba pergi sambil berkata “Brengsek”.
Aku nggak bodoh, Mel. Aku bisa melihat ada sesuatu yang terjadi antara kalian. Bukannya aku pede, tapi aku merasa ada hubungannya denganku. Aku nunggu penjelasan dari kamu, Mel. Jujur, aku nggak tega liat kamu nangis kayak tadi malem. Rasanya aku juga ikut sedih.
Kalau kamu mau, yok kita makan, aku yang traktir deh. Tapi janji ya kamu mau ngomongin alasannya. Tempat dan jam aku serahin ke kamu.

Salam,
Tian

Entah kenapa, debaran jantungku menderu melebihi kadar normal membaca surat dari Tian. Tian merasa sedih melihat aku nangis, kenapa? Aku nggak berani menebak-nebak, karena aku takut tebakanku justru membuat aku pusing tujuh keliling. Tapi apa mungkin Tian suka sama aku?

***

Sudah tiga hari berlalu sejak Tian mengirimi aku surat, aku belum memberikan jawaban tentang ajakan Tian. Tapi sepertinya Tian mengerti, buktinya Tian nggak mendesak atau menagih ajakannya. Kalau dipikir-pikir, Tian baik banget, inilah sosok cowok yang aku dambakan. Tapi kenapa harus Tian?
Aku belum berhasil mengajak ngobrol Tania. Setiap aku mendekat, Tania menghindar dan sikapnya itu membuatku tersiksa. Nomor handphone Tania nggak aktif sejak dua hari lalu. Mungkin Tania sengaja ganti nomor, pikirku.
Aku duduk di pojokan kantin. Sudah tiga hari ini Agnes menggantikan posisi Tania. Ke kantin, ke kamar mandi, bahkan jalan dari kelas menuju parkiran Agnes selalu ada di sampingku. Pernah sekali Agnes bertanya ada apa dengan aku dan Tania, tapi aku hanya menggeleng dan tersenyum enggan menceritakan yang sebenarnya.
Aku mengedarkan pandangan dan tiba-tiba sosok Tian tertangkap oleh mataku. Aku sontak berdiri dan menghampiri Tian.
“Tian, pulang sekolah kamu ke rumahku, ya,”ujarku kepada Tian.
“Jadi udah mutusin, nih. Oke, ntar kamu duluan aja. Kita nggak usah bareng.” sahut Tian. Jawaban Tian membuatku tersenyum dan aku semakin yakin kalau Tian cowok pengertian.

***

Bel tanda berakhir pelajaran akhirnya berkumandang juga. Aku cepat-cepat menuju parkiran tanpa Agnes. Aku kepengin cepat-cepat sampai rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung berganti baju dan duduk di ruang tamu menunggu kedatangan Tian. Tak lama kemudian Tian datang dan memarkir motor di depan rumah. Aku berdiri di depan pintu menyambut kedatangan Tian.
“Ngobrol di dalam aja, ya!” ajakku. “Tunggu di sini bentar, aku buatin minum dulu. Ibuku baru pergi jadi nggak ada orang di rumah!” jelasku. Kemudian aku berlalu menuju dapur.
“Beneran kamu mau tau?” tanyaku kepada Tian sambil mengangsurkan jus jeruk ke meja. Aku duduk di sebelah Tian.
“Yah, aku sih cuma pengin bantu kalian aja. Aneh banget tau nggak, tiba-tiba hubungan kalian pecah gitu aja. Banyak lho, Mel, yang penasaran!” sahut Tian.
Aku ragu sejenak. Tapi setelah aku pikir-pikir, curhat sama Tian nggak ada salahnya kok. Ya siapa tahu Tian beneran bisa bantu, lagian aku udah mulai cenat-cenut dengan masalah ini. Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kata-kataku mengalir lancar terkendali. Mulai dari awal persahabatanku dengan Tania sampai janji-janji yang kita buat. jadi secara otomatis Tian sekarang tahu bahwa Tania suka sama Tian.
“Ya gitu ceritanya, Tian,” aku mengangkat bahu acuh tak acuh.
“Mela, di dalam persahabatan itu nggak ada yang namanya janji-janji tertulis atau apalah. Persahabatan itu adalah suatu hubungan yang tulus, dari sini,” Tian menyentuh dadanya sendiri.”Dari hati,” imbuhnya kemudian.
“Jadi apa yang udah aku dan Tania lakuin itu salah?” tanyaku polos.
Tian menggeleng pelan sambil tersenyum.”Nggak tepat kalau dibilang salah, cuma kurang pas aja. Jadi sebenernya hubungan kalian bisa kok diperbaiki lagi, asal kamu bisalah ngomong baik-baik sama Tania.”
“Udah dari tiga hari yang lalu aku pengen ngomong baik-baik sama Tania. Tapi Tania sendiri yang selalu menghindar kalo ada aku. Nomor hapenya juga udah nggak aktif lagi. Aku harus gimana, Tian?”
“Pake aja surat. Tania pasti bisa ngerti kok!” usul Tian.
“Tapi bentar deh, aku mau nanya sama kamu,” aku tersenyum usil dan disambut dengan muka bingungnya Tian.
“Apa?” tanyanya.
“Emm... kamu suka nggak sama Tania?”
Bukannya menjawab, Tian malah senyum-senyum sendiri. Sebelum menjawab, Tian tarik hembus napas.”Kalo boleh jujur, Mel, sebenernya aku ada ‘something’ sama kamu bukan Tania. Tapi belum parah kok, jadi sebelum parah mulai sekarang aku pengen buang ‘something’-ku itu. Sahabat?” tanya Tian sambil mengulurkan kelingkingnya. Walaupun ada sedikit rasa kecewa dengan pernyataan Tian barusan, aku tetap tersenyum dan menautkan kelingkingku. Sahabat.

***

Pagi-pagi aku meletakkan surat di bangku Tania sebelum dia masuk kelas. Sambil menunggu, aku duduk manis di bangkuku sendiri. Tak lama aku melihat sosok Tania memasuki kelas dan mulai berjalan menuju bangku. Aku menoleh dan melihat Tania memungut surat itu dengan bingung. Tania menoleh ke arahku, aku tersenyum manis walaupun Tania masih memasang muka sadis, tapi nggak apa-apalah. Mudah-mudahan Tania bisa ngerti.
Istirahat pertama aku masih setia menempel di kursi walaupun Agnes udah ngajakin aku ke kantin. Aku nggak berminat ke kantin, aku masih menunggu apa reaksi Tania setelah membaca suratku.
“Mela.” Aku mendengar seseorang memanggilku.
Aku menoleh dan dihadapkan dengan wajah bunga-bunganya Tania. Kaget dan bahagia campur aduk jadi satu.
“Depan kelas yuk!” ajakku. Kita bergandengan menuju depan kelas dan nggak peduli dengan tatapan-tatapn bingung teman sekelas. Yap, selama tiga hari kemarin banyak yang bertanya-tanya tentang hubunganku dengan Tania.
“Mela, maafin aku!” Tania memegang tanganku erat. Aku mengangguk-angguk cepat dan kita berpelukan di depan pintu kelas.
“Cieeee... baikan nih, yeee!” aku dan Tania nggak mempedulikan celetukan-celetukan teman-teman.
Heh... bahagianya baikan lagi. Rasa-rasanya terbebas dari belenggu mimpi buruk. Begitu melegakan. Tian mendekat dan bersalaman dengan kita berdua. Awalnya aneh dengan sikap Tian yang pake acara salam-salaman segala, tapi akhirnya kita sambut juga uluran tangan Tian itu. Kemudian hanya tawa kita bertiga yang terdengar. Sahabatku bertambah satu cowok baik hati. Tian.

***

Dear Tania,
Kangen kamu. Kalimat pembuka yang aku tulis, karna memang itu yang aku rasakan setelah tiga hari kamu kacangin.
Sahabatku, aku tau apa yang kamu pikirkan tentang aku. Sahabat yang nggak menepati janji, pengkhianat atau apalah terserah kamu. Tapi asal kamu tau, Tan, aku nggak ngerti dengan apa yang terjadi sampai sikap kamu benci sama aku. Janji-janji yang kita buat, aku mulai merasa itu hanya sebuah beban untuk kita. Jadi pintaku, anggap aja kita nggak pernah membuat janji-janji yang hanya bikin persahabatan kita renggang.
Persahabatan itu lisan bukan tertulis dan sahabat itu harus ‘saling’. Saling memahami, saling mengerti dan saling memaafkan. Aku minta maaf dengan apa yang telah aku lakukan. Tulus dari hati.
Kehilangan kamu adalah satu hal menyakitkan buatku, Tan. Maaf, tanpa berembug dulu dengan kamu, aku udah bakar janji-janji tertulis kita. Kenapa? Karena aku nggak mau ‘lembaran kertas’ itu menjadi sesuatu yang membuat kita jauh.  Jangan sampai arti persahabatan dihilangkan begitu aja hanya oleh ‘selembar kertas’. Persahabatan kita lebih berharga dari apapun juga.
Aku sayang kamu.

Mela

Kamis, 29 Desember 2011

Aku + Kamu ^^^ Dulu -------> Sekarang

Mungkin aku ragu, tapi aku (berusaha) percaya

Sebuah curahan hati yang tengah aku rasakan dulu. Adakah yang bertanya kenapa?. Aku tidak benar-benar bisa menjelaskan keadaan sebenarnya, namun aku akan berusaha menulis apa yang aku alami dan rasakan.

Dulu, mungkin pertemuan kita bisa dikatakan tidak sengaja dan aku tidak menyangka dari pertemuan tak sengaja itu, aku + kamu menjadi seperti ini, dekat. Definisi dekat di sini, aku tidak terlalu memahami arti yang sebenarnya. Kita - aku + kamu -, dekat namun jauh


Memang, sudah semenjak seperti yang dikatakan 'rules' di atas ini, aku resmi menjadi patjar kamu. Aku sayang, tapi bagaimana dengan kamu? Ataukah memang hanya perasaanku saja? Tapi wanita mana yang tidak sakit jika patjarnya berkata, "Kadang aku masih kepikiran dia!". Aku memang tersenyum, tapi tidak dengan hatiku. Menangis? Tidak juga, hanya sedikit miris dan menerima. Bukankah itu yang namanya 'cinta'? Aku hanya bisa angkat bahu saja kalau mendengar kalimat itu. 

Tapi itu dulu. Bagaimana dengan sekarang?

Perasaan ragu yang aku rasakan ternyata lambat laun mengabur. Bahkan aku sendiri tidak yakin pernah ragu dengan perasaan dia. Entah sejak kapan, aku sendiri tidak ingat perasaan ragu itu hilang seketika. Dan ternyata untuk memahami seseorang, butuh waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, walaupun seseorang itu adalah patjar kita sendiri. Mengapa aku bisa mengambil kesimpulan seperti itu? Yah, karena aku mengalami sendiri hal itu.

Heemm... kamu, ya, kamu, gimana kabarmu? Sudah hampir 5 minggu kita tidak jumpa. Tapi aku yakin kamu baik-baik saja. Dan istilah Dekat Namun Jauh itu sudah tidak berlaku lagi sekarang. Lagu lama Jauh Namun Dekat di Hati mungkin tepat menggambarkan keadaan kita sekarang.

For those who always believe in me, thank you...
With love,
Wury 

Rabu, 28 Desember 2011

I Miss You


Taukah kau aku merindukanmu? 

Wury Magazine in Action


Bismillahirahmanirahim...

Kali ini saya akan mencoba untuk membuat sebuah penilaian. Semacam award gitu deh, yang kayak di tipi-tipi. Nominasi inilah, nominasi itulah. Tapi tentu saja bukan nominasi aktris atau aktor terbaik di sini. Karena tema yang akan saya angkat kali ini adalah nggak jauh dari buku. Tapi tentu saja, buku yang akan saya masukkan di sini hanyalah buku yang bertumpuk manis di rak buku saya. Kalau nanti ada yang protes “Lho, buku ini kan kurang bagus (saya nggak bilang jelek lhoh), kok masuk?” Tentu saja jawaban yang akan saya berikan adalah “Ya biarin aja, blog blog saya, tulisan tulisan saya!” Hehe... tapi nggak sesadis itu juga kali jawaban saya. Iya, seperti yang sudah saya tekankan di awal tadi, hanya buku yang ada di rak buku saya saja yang masuk nominasi. Lagian buku saya termasuk sedikit kok.

Oke, daripada kebanyakan cincong, lebih baik langsung masuk saja ke acara inti yang dari tadi ketunda-tunda mulu gara2 racauan saya yang makin nggak jelas jluntrungannya. Lhoh, masa acara nggak ada tema nggak ada judul? Oh iya, hampir lupa, padahal nama acara kan paling megang di sini, kok malah terlupakan gitu aja yah? Jawabannya tak lain tak bukan karena saya o’on.

Emm... apa ya tema atau judul yang pas? Atau kita anggap aja ini adalah sebuah majalah. Wury magazine misalnya? Hem, gimana-gimana?*sambil angkat2 alis genit*. Ide bagus bukaaaaan? Bukaaaan.

Sebenernya buku-buku yang saya punya itu berbeda-beda genre-nya. For example nih, ada Teenlit, Chicklit, Comedy book, Motivasi, dan Traveling. Saya jadi bingung nih, mau nominasi apa ya yang akan kita angkat di Wury Magazine ini? Atau mungkin, untuk postingan kali ini saya akan mengambil pilihan “Nominasi Buku Komedi Terkonyol”. Yup! Kali ini, tema itu yang akan kita kupas dulu. Lain kali chicklit atau teenlit, sabar ya liiit... ih kok liiit? Nggak enak banget bacanya...

Mari kita tengok, siapa yang nangkring di posisi 10 s.d 1. Kita mulai dari bawah aja ya. Kali ini saya akan memberi kehormatan untuk :

10.   AAC
Apa yang kalian pikirkan pertama pas baca AAC? Ayat-Ayat Cinta? Dan jika kalian menjawab bukan, saya ingin ber-tos dengan kalian. Karena memang bukan Ayat-Ayat Cinta, sejak kapan Ayat-Ayat Cinta masuk ke genre komedi? AAC di sini adalah Ayat Amat Cinta yang dikeluarkan oleh penerbit Lingkar Pena. Sebuah komedi cinta pembangun tawa. Ngomongin siapa penulis buku ini, yang jelas banyak. Lho kok banyak? Iya karena buku ini ditulis rame-rame oleh Boim Lebon (Udah pada tau kan?), Asma Nadia, Fahri Asiza, Biru Laut, Taufan E. Prast, Lian Kagura, Rex, dan Fadillah. Jangan tanya mereka itu yang mana. Entahlah, saya juga nggak tau. Saya cuma sering dengar mas Boim Lebon dan mbak Asma Nadia. Sisanya?*angkat bahu*

9.   Pejantan Dodol 

 Ini adalah karya dodol pertama Krismansyah Maztur. Sebenarnya ada lagi, judulnya SERONG. Tapi sayang saya nggak nemu buku itu di Gramed, jadi bisa ditebak... saya nggak punya. Nasib buku konyol ini sangat tragis. Entah dimana buku ini berada, mudah-mudahan berada di tangan yang tepat. Seingat saya buku ini dipinjam oleh teman dan teman saya itu pulang ke NTT sana dan dengan sangat ‘baik’ membawa serta buku saya ini. Sebenernya nasibnya sama dengan buku yang akan saya masukkan ke peringkat selanjutnya. Udah lama banget sih, tapi sampe sekarang kalo keinget masih berasa sayaaaaaang banget. Hiks T T



8.   Diary Dodol Pelajar Konyol 

Oleh Zulfian Prasetyo a.k.a Bibir Kuda Laut yang menganggap dirinya ganteng kayak Dude Herlino atau Harlino ya? Sutralah nggak penting. Antara buku Pejantan Dodol dan Diary Dodol Pelajar Konyol punya persamaan. Bukan hanya judulnya aja yang sama mengandung ‘Dodol’  tapi buku ini sama-sama menghibur, tapi nasib buku ini juga sama, dibawa kabur temen. Hiks lagi T T

7.   Playboy Asoy

 Biar tampang Hellboy yang penting playboy. Itulah kalimat yang tercantum di cover depan. Haha... buku konyol, lucu sekaligus menghibur ini ditulis oleh Leonardo de Capriyono a.k.a Jabogar. Isi buku ini menceritakan tentang hidup seorang Jabogar yang malang melintang di dunia gaet menggaet makhluk yang berjenis kelamin perempuan. Dan bagusnya nih, akhir setiap bab pasti ada Gombal Warning-nya bukan Global Warming.






6.   Romeo & Toilet
Toilet is My Soulmate oleh (masih) Leonardo de Capriyono a.k.a Jabogar. Nggak kebayang yah, manusia tapi mendambakan soulmate-nya itu toilet. Sakit nih orang. Tapi lepas dari itu semua, beuuuh... sukses bikin perut mules sekaligus ngakak. Dan masih di akhir setiap bab-nya ada Pesan Moral ala de Capriyono. Kreatif abis.
5.   DO (Drop Out)
Oleh Ary Risaf Arisandi. Pernah di filmkan juga lhoh, yang main itu Ben Joshua alias Jemi dan Titi Kamal alias Leah. Menceritakan seorang mahasiswa abadi yang terancam DO. Perjuangannya untuk menghindari DO dan dibumbui dengan cerita cinta yang konyol abis, a romantic comedy. Sangat menghibur. Tapi buku ini sekarang lagi nylempit manis di rumah patjar saya.

4.   Cinta Brontosaurus

“Apa kita bukan Brontosaurus?” dan "Aku percaya, kita masih Brontosaurus!" Tau penggalan dialog itu kan? Iya, seencrit cuplikan dialog di film Kambing Jantan-nya Raditya Dika. Buku ini adalah kumpulan blog-nya Bang Radith. Siapa sih yang nggak tau Bang Dikung? Karya pertamanya sukses jadi best seller, Kambing Jantan. Masih ada lagi karya bang Radith, banyak yang nggak bisa saya sebutkan satu-satu. Tapi alasan lain adalah karna saya nggak punya hehe... duit saya lari ke novel.





3.   MSB1 (My Stupid Boss)


Mbak Keraniiiiiiiii... I luph this book. Kocak abis. Apakah memang benar sebegitu bego dan gilanya bosnya mbak kerani? Hah? No comment lagi dah. FYI, buku ini juga nylempit manis di rumah patjar saya lhooooo. 








2.   MSB 3 (My Stupid Boss 3)

Lhoh? Ada yang bingung nggak, kenapa dari MSB 1 langsung loncat ke MSB 3? Kalau ada yang jawab karna saya nggak punya, yap, 100 buat Anda dan mari kita tos. MSB 3 masih nggosip tentang kejelekan-kejelekan si bos kloningan lele mbak kerani. Ngobrol-ngobrol tentang gimana lucunya, jangan bahas lagi dah. Baca MSB ini bikin pipi jadi kaku kebanyakan ngakak.





And the winner is...hayooo? penasaran? Kasih tau nggak yaaaaa? Kalau nggak kasih tau timpuk pake sepatu pak satpam nih!!! Wait... wait... wait... saya bukan Megaaa, ampuuun... Ya udah deh, daripada dilanda sindrom deg-degan, nih tropi bakalan saya lempar ke Kak Oben Cedriiiiiiiiiiiiccc...

1.       My 5tup1d Boyfr13nd


Judulnya emang agak alay, tapi jangan tanya isinya. Konyol Abis. Kak Oben Cedric ini penulis kucrut Tuilet Songong series, plesetan Twilight-nya Stepheni Meyers atau Stephani Meyers ya, sutralah. Dan setelah membaca buku ini saya berubah menjadi follower-nya kak oben, kucruters. Satu kata : Gila abis, konyol abis, dudul abis. Eh, bukan satu kata ya? Terserahlah, itung sendiri berapa kata. Udah pegel nih...





Ah... legaaa. Akhirnya selese juga. Wury Magazine sekarang udah punya ‘sesuatu’. Apakah ‘sesuatu’ itu? Ya, yang di atas ini. Nominasi buku-buku komedi terlucu. Dan untuk selanjutnya mungkin novel-novel saya yang akan saya masukkan ke Wury Magazine. Sebenernya buku komedi di atas ada yang belum saya masukin, tapi kan di sini cuma saya ambil 10 buah aja. Kalo 11, 12, ato 13 takutnya nggak afdol aja.

Ya udah deh, untuk menutup acara ini, eh, maksud saya postingan saya ini. Mari bersama-sama kita ucap hamdalah bersama-sama.

satu...
dua...
tiga...
alhamdulillaaaah...

Salam,
Wury ^_^

Selasa, 27 Desember 2011

Shoppa-Holic Traditional

Shoppa-Holic Traditional. Padanan kosa kata yang sangat kontras sekali bukan? Modern dan tradisional. Kenapa Shoppa-Holic Traditional? Iya. Saya adalah seorang yang suka sekali belanja. Belanja dimana saja, mall, toko, maupun pasar. Hah?? Ke pasar tradisional? Iya, sob... Jadi ceritanya begini.
Nggak mesti setiap hari sih saya ke pasar. Dulu, saya pikir pergi ke pasar itu adalah sesuatu yang ribet dan becek. Walhasil, pikiran negatif saya itu ternyata bertolak belakang dengan kenyataan. Sekali ke pasar dan saya ketagihan. Sebenernya aneh juga sih, ketagihan ke pasar, yang ada juga ketagihan narkoba, minum-minuman keras, maen game atau hal-hal lain yang pantas disandingkan dengan kata KETAGIHAN. Tapi apa yang terjadi dengan saya? Apa saya sudah berevolusi menjadi orang aneh? Bukan, ketagihan pergi ke pasar bisa dibilang hal yang wajar. Sebagai seorang perempuan, pergi ke pasar itu adalah satu hal harus dianggap biasa.

Bisa dibilang bapak saya yang memancing 'ketagihan' saya ini. Lho? Kok bapak harusnya kan ibu? tapi sayangnya memang bapak saya yang memulai ini semua. Ternyata ke pasar asik juga. Kita bisa bebas memilih semua kebutuhan yang kita butuhkan, bebas menawar dan sebagainya. Setiap hari Sabtu dan Minggu, yang kebetulan saya libur bekerja, secara otomatis saya menjadi partner bapak saya ke pasar untuk belanja. Belanja apa saja. Tawar menawar antara penjual dan pembeli sudah menjadi adat yang nggak bisa dihilangkan. Seakan-akan 'menawar' sudah menjadi trend dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Celotehan para penjual dan pembeli sudah menjadi warna tersendiri dan semakin lama saya semakin suka ke pasar tradisional. Diam-diam saya selalu menantikan hari Sabtu dan Minggu.
Shoppa-Holic Traditional. 
Ayo ke pasar, temans!! *Ajakan yang aneh... 

Senin, 26 Desember 2011

Menang Kuis#1


Yeah! Setelah membaca judul di atas, kalian semua pasti udah tau dong apa yang terjadi dan apa yang tengah saya rasakan saat ini. Sebenernya sih udah telat banget kalo saya bikin postingan tentang menang kuis hari ini. Kenapa? Iya, lha wong saya menang kuisnya udah beberapa hari yang lalu atau lebih tepatnya sekitar tanggal 16 Desember 2011 lalu. Tapi karena berbagai hal, saya lupa kalo menang kuis ini bisa menjadi salah satu topik yang patut untuk dipublish-kan, hehe. Tapi ya sudahlah nggak apa-apakan telat, pernah denger slogan “Lebih baik terlambat daripada nggak melakukan sama sekali”? Nah, kayaknya slogan itu sedang saya jalankan saat ini.

Apa saya terlihat senang sekali? Atau malah terlampau senang? Tapi itu adalah wajar. Siapa sih yang nggak seneng kalo ikut kuis terus menang. Nah, saya banget itu. Dan ssttt... jangan bilang2 ya kalo ini adalah pertama kali saya ikut kuis dan... saya menang *loncatloncatkayakdora*. Untuk lebih detailnya, saya akan bercerita di sini tapi nggak pake panjang kali lebar ya. Cukup singkat saja cerita saya.

Berawal dari hari Rabu tanggal 14 Desember 2011*ingetingetsambillirikkalender*, saya asik klak-klik facebook-nya GPU. Kalo buka facebook, saya selalu absen di fan pagenya GPU, hanya sekedar untuk melihat ada buku baru apa. Saya seneng banget pas GPU ngasih info bahwa Ilana Tan bikin satu karya lagi berjudul “Sunshine Becomes You”. 
Tetralogi 4 musimnya Ilana Tan sudah nylempit manis di antara koleksi buku2 saya di rak sejak berbulan2 lalu. Tapi sayang, saya dan penggemar Ilana Tan yang lain harus bersabar awal tahun atau malah Februari 2012 ya. Entahlah... yang jelas harus sabar. Tapi sebenarnya bisa pesen sekarang tapi via online. Oke, kembali ke cerita awal. Kemudian mata saya menangkap bahwa GPU sedang mengadakan kuis buku “Lost in Japan” dan “Lost in Korea”. 




Caranya gampang banget. Tinggal buka webnya Gramedia terus cari buku dengan judul di atas dan klik “saya suka buku ini”. Tapi sebelumnya harus sudah terdaftar mejadi member GPU dulu. Setelah registrasi saya mulai searching buku “Lost in Japan” dan “Lost in Korea”. Saya klik masing2 buku dan selesai. Tinggal nunggu hari Jumat, 16 Desember 2011 pukul 15.00.

Ini pertama kali dan saya cuma iseng tapi berharap menang juga sih. Untuk menyingkat cerita dan karena dari awal tadi saya memang sudah memproklamirkan bahwa saya tidak akan bercerita panjang lebar maka tiba2 sekarang sudah hari Jumat tanggal 16 Desember 2011 pukul 15.00 WIB. Saya buka GPU dan ternyata...

"Selamat untuk Wuryan Pratiwi, Dessy Natalia, Henny Theodora, Desi Rosmawati & Vincentia Stepfanie, hadiah paket buku Lost in Korea & Lost in Japan, karya Cayi & Gelbo, akan langsung dikirimkan ke alamatmu. Terima kasih atas partisipasi teman-teman di kuis Lost in Korea & Japan. Buat yang belum beruntung, tetap semangat! Kalian masih bisa ikutan lagi di kuis-kuis Gramedia Pustaka Utama selanjutnya. Selamat berakhir pekan :D"


Widiiiww... apakah peruntungan saya sedang mujur ataukah hanya kebetulan belaka? Entahlah, yang jelas saya senang sekali waktu itu. Pertama kali dan saya menang. Kenapa saya memberi judul postingan ini dengan menambahkan “#1”? Karena saya berharap akan ada Menang kuis#2, #3, #4, dst. Bahkan lebih senang lagi kalau GPU mengadakan kuis dan hadiahnya buku saya *mimpitingkattinggi*, tapi itu juga salah satu impian saya dan semoga terwujud ya Allah. Amin, mudah2an. Doain saya.

Dan untuk kuis ini, hadiahnya tak lain tak bukan adalah satu paket buku karya Cayi & Gelbo “Lost in Japan” dan “Lost in Korea”. Hadiahnya sudah saya terima Sabtu, 24 Desember 2011 kemarin. 



Terima kasih GPU, buku ini sangat menghibur dan mudah2an bermanfaat kelak sebagai pengantar sekaligus teman saya ke Jepang atau Korea suatu saat nanti, hehehe. Ke Korea atau ke Jepang adalah cita2 saya. Tapi mana mungkin saya kesana, tapi nggak salah kan saya bermimpi. Toh... seperti Cayi bilang, dulu ke Jepang adalah mimpinya dan ternyata sekarang terbukti, Cayi berhasil menginjakkan kakinya ke negeri sakura tersebut. Berkat usaha dan keberuntungan katanya dan tentu saja diawali dengan mimpi.

Rabu, 14 Desember 2011

Mampet dan Pening :(



Huhu... ada yang tanya nggak, kenapa postingan saya kali ini diawali dengan gambar kayak gitu? Heeemm... pastinya pada tau ya kalo gambar itu menandakan orang lagi sakit. Iya temen2, saya sakit nih, pilek, hidung mampet, kepala pening. Haduh2... pertanda apakah ini. Pertanda sakitkah? Ya iyalaaahh... 

Saya itu orangnya jarang sakit lho, tapi sekalinya sakit itu aneh. Lho kok aneh? Iya emang aneh. Contohnya aja nih ya, saya pilek tapi cuma gejala2 aja gitu nggak pilek2, itu terjadi sekitar 2 hari yang lalu, sampe saya curhat sama patjar saya kalo hidung saya gatel2, bingung mau garuk dimananya. Dan good news-nya nih, patjar saya juga sama lagi flu. Asssiiiik!!! Heh, patjar sakit kok malah seneng. Hehe... iya juga ya, saya tuh aneh, tapi kan apa ini pertanda kita sehati hehe... pertanda yang aneh!!! 
Oke, kembali ke jalan yangg bener. jadi ceritanya sekitar 2 hari yang lalu saya mengalami gejala flu, tapi anehnya abis itu sembuh lagi, gejalanya kayak ilang entah kemana gitu. Seneng sih pasti, soalnya mas gatel udah nggak ganggu2 lagi sih. Tapi sehari kemudian gejala flu muncul lagi, gatel2 lagi, kali ini parah, ditambah bersin2 pula. Haduh2, sekalinya bersin bisa sampe 10 kali, tobaaaattt!!! Aduh, apa ini artinya saya udah sakit ya?? Payah... nggak cuma bersin2 doang tapi ditambah kepala pening. 

Nggak pa2lah sekali2 sakit, bersyukur malahh, masih diberi kesempatan buat sakit, hehe... tuh kan aneh lagi. Tapi walaupun sakit saya tetep masuk kerja lho, temen2. Rajin ya saya!! Tapi tadi pagi agak telat dikit, biasanya dateng paling awal, ehh... tadi ternyata udah ada yang dateng duluan, namanya mbak eni. 
Cepet sembuh buat saya!! Semangat wury...

P.S : ngetik sambil sentrap-sentrup...

Selasa, 13 Desember 2011

I am Sam


Kalo ngomongin sekuel drama keluarga menyedihkan sekaligus membangun, nominasinya jatuh pada “I am Sam”. Kenapa, itu kan film udah jadul? Ya nggak apa2 sih, terserah saya, lagian menurut poling sms emang I am Sam meraih sms terbanyak kok, 9 dari 10 wanita telah membuktikannya. Lho? Ini ngomongin apa sih? Ya terserah saya, blog2 saya, nggak boleh protes ya...

Ya itulah basa basi yang nggak penting. Oke mari kita mulai bahas dan kupas asal muasal kenapa I am Sam nangkring di peringkat pertama. Tapi sebelum kita bahas topik ini lebih lanjut, akan saya bocorkan sesuatu yang sangat penting dan sangat megang di sini dan tanpa jeda iklan satupun. Jreng jreng...
Jawabannya adalah... ini cuma akal2an saya aja kok. Jadi kalo kalian punya kandidat lain, yang lebih menyedihkan ya terserah, Titanic misalnya atau Romeo and Juleha, eh Juliet ya? Sutralah pokoknya sama seseorang...

Mungkin banyak yang belum nonton I am Sam atau mungkin juga malah baru denger? Nggak masalah ibu2 dan opah2, lagian disini nanti bakalan akan saya bahas kok isi cerita bahkan makna yang terkandung di dalamnya. Mengandung berapa bulan, Bu? baru 7 bulan kok, baru mau mitoni, nyumbang yaaa... tetep.

Pertama saya nemu film ini dari hardisk seseorang, sebut saja namanya Mr. Toni (emang nama sebenarnya kok). Pertama penasaran sama judulnya. I am Sam! Iya tau kok kalo Anda Sam, nggak usah diperjelas gichuu ciiin... dan gambarnya, seorang bapak dan anak. Apanya yang menarik? Satu2nya yang menarik adalah gambar warnanya yang terang benderang kayak siang. Orange... Iih... aneh banget sih, gitu aja gumun, ndeso!

Pertama nonton, salut. Ya salut! Mungkin itu istilah yang cocok untuk menggambarkan isi hati saya. Sam Dawson (Sean Penn) adalah tokoh paling megang di film ini. Seorang calon ayah yang mempunyai keterbelakangan mental. Akan tetapi “kekurangan” itu tidak membuatnya menyerah. Sam bekerja di sebuah kedai kopi “Starbucks” dan Sam bisa melayani konsumen dengan sangat baik. Seseorang yang sangat bertanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga dan menghidupi seorang istri yang sedang mengandung bernama Rebecca (Caroline Keenan). Singkat cerita Becca melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik dan langsung diberi nama Lucy (Dacota Fanning). Akan tetapi entah kenapa seusai melahirkan, Becca kabur gitu aja meninggalkan Sam dan Lucy yang masih sangat kecil dan lemah. Jadilah Sam yang kebingungan setengah mati. Akan tetapi, Sam mempunyai teman2 yang sangat mendukungnya, tapi keadaan mereka juga nggak jauh beda dengan Sam. Masing2 dari mereka mengalami keterbelakangan mental yang sama. Tapi lepas dari itu semua, mereka sangat menyayangi Lucy.

Tuhan Maha Adil. Beruntung  Sam mempunyai tetangga yang sangat baik dan berhati malaikat, dia adalah Annie (Dianne Wiest), seorang wanita setengah baya dan Annie sangat menyayangi Lucy. Sam selalu menitipkan Lucy selagi dia bekerja. Semakin lama. Lucy tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang normal, cantik dan dewasa. Lucy nggak pernah malu dan minder mempunyai seorang ayah yang menderita keterbelakangan mental. Dan mereka mejalani kehidupan sama dengan keluarga2 lain, hanya saja sedikit berbeda dalam hal-hal tertentu.

Akan tetapi, semakin Lucy bertambah besar dan sudah mulai bersekolah, ada satu lembaga yang bergerak di bidang pengawasan dan perlindungan anak yang memvonis bahwa Sam tidak layak mendidik Lucy. Mereka takut lambat laun keterbelakangan mental yang diderita Sam akan mempengaruhi perkembangan Lucy dan mereka mengambil Lucy dari tangan Sam. Singkat cerita (lagi), muncul Rita (Michelle Pfeiffer), seseorang yang siap membantu Sam merebut hak asuhnya kembali dan... ya begitulah gambaran singkat tentang I am Sam.

Saya nggak akan berpanjang kali lebar di sini, karena memang yaaah... saya nggak pintar dalam bercerita, saya hanya pintar dalam mengibul dan makan. Tapi yang jelas, Sam mendapat hak asuhnya kembali berkat Rita yang tentu saja dihiasi dengan berbagai konflik yang menghadang jalan mereka untuk mendapatkan hak asuh Lucy. Dari sini saya memetik sebuah hikmah dan pengamalan, bahwa seseorang yang menderita keterbelakangan mental bukan berarti bodoh. Mereka justru mempunyai kecenderungan untuk menjaga apapun yang menurut mereka adalah hak mereka. Nggak akan membiarkan orang lain campur tangan di zonanya. Dan mereka mempunyai cara tersendiri yang entah bagaimana untuk menjalani kehidupannya.

Sebuah perjuangan dan perjalanan hidup seorang Sam yang hanya dilihat sebelah mata oleh orang lain. Two thumbs up for him deh pokoknya. Wajib ditonton karena film ini sarat akan nilai2 hidup yang berharga.

Yak, itulah sekelumit cuplikan tentang film favorit saya. Hidup ini memang keras, sobat. Tapi kita semua diberi seperangkat anggota tubuh termasuk otak oleh Allah dengan tujuan agar kita berfikir sekaligus berusaha. Allah nggak pernah menuntut kita untuk sukses, Allah hanya ingin kita berusaha, dengan sebaik-baiknya tentunya.

Salam
Wury  ^_^

PS. Saya ngetik sambil hidung kembang kempis karena inget sama Sam #cengeng_lolzz...
 
Powered by Blogger