http://www.ministrywatch.com/App_Themes/Gifs/star.gif

Pages

Subscribe Twitter Facebook

Rabu, 25 April 2012

Cita-Cita Anak Kecil Itu...


Ketika mendengar anak kecil menyerukan apa cita-citanya, aku mulai sibuk dengan pikiranku sendiri. Aku tidak bisa diam saja karena memang itulah aku, selalu sibuk bergumam dalam hati, bertanya-tanya “Apakah mungkin?” dan “Bagaimana jika memang benar?”

Ketika mendengar anak itu menyerukan ingin jadi Dokter, aku langsung bertanya dalam hati “Apakah mungkin dia jadi dokter? Melihat tingkahnya yang, maaf, nakal dan pencilaan seperti saat ini bisa jadi dokter?” atau “Bagaimana jika benar anak itu menjadi dokter, apa kelak aku bisa berobat gratis dengannya? Atau apakah dia bisa menjadi mantuku?” Oh, oke, yang terakhir memang imajinasi yang terlalu liar. Abaikan.

Senin, 23 April 2012

Beginikah Jalannya?


Baru sekali ini aku menghadiri acara pemakaman. Suara orang-orang menyerupai dengungan di telingaku. Aku mengedarkan mataku dari ujung ke ujung, tapi hanya sosok-sosok berbalut pakaian hitam yang kulihat. Oh... dan pohon kamboja dan langsung saja mataku berkunang-kunang. Entah mengapa?
Bau khas makam menyeruak hidungku. Wangi mawar dan kemenyan menjadi satu, membuat kepalaku berdenyut-denyut. Secepat mungkin aku memijat lembut pelipisku dengan jari-jariku, setengah berharap denyutan yang menyerangku menguap di udara. Oh... betapa ingin aku cepat-cepat meringkuk di balik selimut tebalku. Membayangkannya saja terasa nikmat. Tapi nikmat yang aku rasa tidak dibarengi dengan senyum simpulku, seperti biasa. Kali ini, entahlah... bukan karena suasana seram makam ini atau gundukan basah di depanku. Aku hanya merasa takut saja.
“Zay, pulang yuk,” aku menyodoklen gan Uzay dengan sikuku. Tapi aku sadar, sekeras apapun aku menyodoknya, ia tidak akan bergerak sedikitpun. Sepertinya gundukan basah dengan taburan bunga di depan kami cukup hebat mengguncang separuh jiwanya. Separuh? Bukan. Tapi segenap jiwanya. Aku kasihan sekali melihatnya seperti itu. Maka, aku melingkarkan tanganku ke lengannya dan mengusapnya lembut.
“Zay, kepastian. Tidak ada yang menginginkan ini semua terjadi,” hiburku pelan.
“Tapi ini semua salahku, Ry,” gumamnya. “Sumpah serapahku. Doaku. Aku benci diriku sendiri!” Uzay menggeleng pelan, seolah mengusir kegundahan dan rasa bersalah yang merobek hatinya. Wajahnya sungguh kacau.
Awalnya aku tidak terlalu paham mengapa Uzay menganggap dirinya bersalah atas kematian kakak laki-lakinya itu. Bukankah selama ini ia selalu membenci dan dibenci. Saling manjatuhkan dan tidak pernah akur selama hidup bersama. Aku sendiri juga tidak terlalu mengenal Eksak, kakak Uzay, selama ini. Bukan karena aku tidak pandai bergaul, tapi lebih cenderung kepada sikap hati-hati saja. Dan juga karena peringatan keras dari Uzay.
“Kalau mau selamat, jangan pernah kenal sama Eksak keparat itu!” Uzay menyemburkan kalimat itu lengkap dengan cengkeraman keras di lenganku dan tatapan menusuk mataku. Aku sempat bergidik ngeri ketika itu.
Uzay terduduk di tanah basah. Aku hanya bisa diam, menunggu kapan Uzay mengabulkan ajakanku untuk pulang saja. Aku hanya tidak ingin melihatnya terus-terusan merasa bersalah kalau tetap berada di sini. Pulang itu lebih baik menurutku.

Jumat, 20 April 2012

Percakapan Aneh

Tulisan ini sebenarnya masih nyambung dengan yang Belajar di Kantor Imigrasi. Nah, yang kemarin itu adalah hari pertama proses bikin paspornya. Cuma masukin formulir aja gitu. Sekarang nih giliran cerita hari keduanya. Sebenarnya sudah lama nih, tapi ya sudahlah, daripada nggak ada ide. Boleh dong sekali-kali posting tulisan nggak penting. 
Ih... pedenya, emangnya kemarin-kemarin tulisanmu itu penting, Wur?

Kamis, 19 April 2012

Semua Tentang Nenek

Serius nih, baru sekali ini saya menulis tentang nenek saya. Bukan karena saya tidak peduli dengan nenek, saya hanya tidak tahu akan menulis apa. Tentang sifat atau sikap nenek mungkin. Dan kali ini, saya akan benar-benar menulis tentang nenek. Bagaimana penilaian saya terhadap nenek yang sudah memberi warna tersendiri dalam hidup saya. Entahlah, warna apa. Yang pasti, saya akan dengan senang hati menulis dan menceritakan sosok nenek di mata saya. Dan mungkin juga ada beberapa hal yang kurang mengenakkan yang akan saya tulis juga di sini. Sebelumnya saya minta maaf #Resmi banget, ya?

Nenek saya mempunyai sifat yang agak membingungkan. Dan seringkali saya kurang menyukai sifat nenek yang menurut saya agak aneh itu. Maaf, Nek, saya mungkin bukan cucu satu-satunya yang akan bilang bahwa sifat nenek yang satu itu cukup unik sekaligus menyebalkan. Ada kakak, adik, dan anak-anak tante yang lain.

Rabu, 18 April 2012

Siapa Anak Itu?

DULU... kampungku memang belum ada tempat khusus semacam masjid untuk mengadakan takjilan. Tetapi ada satu keluarga yang cukup mampu dalam segi ekonomi, mengikhlaskan rumahnya sebagai tempat takjilan, tarawih, dan subuhan berlangsung. Rumahnya cukup megah. Bagian dalamnya banyak sekali ruangan kosong. Ada satu ruangan yang berada persis di tengah-tengah, kotor dan selalu terkunci. Pintu ruangan itu terbuat dari separuh atas kaca dan bagian bawahnya kayu. Kacanya juga berdebu. Pokonya kotoooooor sekali.

Ruang dapur juga sangat luas. Lampu yang semburat kuning, menambah suasana mencekam. Di bagian pojok terdapat satu ruangan yang sangat gelap, banyak lukisan di dalamnya. Kamar mandi juga menakutkan. Luas. Remang. Kaca besar yang berembun dengan pinggiran kayu yang diukir sedemikian rupa, menampilkan refleksi yang ganjil. Aku tak pernah tenang berada di dalamnya.

Sore itu, aku dan dua teman perempuan, kebagian jatah piket. Waktu merayap lambat, membuat suasana hati tak tenang. Ruangan kosong sebelah yang hanya diisi dengan lukisan seorang wanita, membuatku cepat-cepat mengalihkan pandangan. Kemanapun, asal jangan ke lukisan itu. Kalau melihatnya, seakan-akan wanita itu selalu menatapku tajam menusuk.

Selasa, 17 April 2012

Betina Yang Jantan

Mengabaikan diri sendiri, secara fisik tentunya. Itulah saya. Saya akui memang, tapi masih dalam batas wajar saja kok. Ternyata selama ini ada satu hal yang luput dari sepengetahuan saya. Dan tentu saja, hal itu membuat saya terkaget-kaget. Masa iya sih, 'itu' menempel di wajah saya, yang notabene sudah bertahun-tahun hidup bersama, luput dari mata saya? Bisa saja.

Memang, saya itu termasuk cewek yang jarang sekali bersolek. Jadi secara otomatis kebiasaan saya yang jarang sekali bersolek itu menghantarkan saya menjadi cewek yang abai dengan tubuh sendiri.

Oke, jadi apa sih yang sebenarnya terjadi? Atau lebih tepatnya, apa sih yang sebenarnya ada di wajah saya itu? Kutil? Tompel? Atau duit seratus ribu (??)

Rabu, 11 April 2012

Belajar di Kantor Imigrasi

Halo semua hahaha
Dateng-dateng ketawa. Gila ah!

Oke deh, jadi hari ini aku mau cerita tentang pengalamanku ketika aku ngurus paspor di kantor imigrasi. Tanya dong kenapa judulnya 'Belajar di Kantor Imigrasi', bukannya kalo belajar itu di sekolah atau di kampus? Ah, itu kan belajar pelajaran macam Matematika, Fisika, Kimia, de el el. Tapi aku di sini akan membahas tentang pelajaran PKn (??), sama aja. Tapi bener kok, belajar tentang kebaikan. Tepatnya kebaikan seseorang. Bukankah kebaikan itu identik dengan pelajaran PKn?

Dan, paspor? Apa aku mau berlibur ke luar negeri? Jawabannya IYA dan TIDAK. IYA, tapi cuma khayalan aja. Berkhayal ke Jepang atau ke korea gitu. Dan TIDAK, aku nggak ke luar negeri, aku hanya dimintain tolong untuk membuatkan paspor bagi keluarga pak bos yang mau umroh, insya allah besok tanggal 20 Mei. Ya sudahlah, buat pengalaman, siapa tahu besok aku bikin paspor untuk diri sendiri dan nggak perlu ribet tanya ini dan itu. Kan, aku udah punya pengalaman... bikin paspor ^_^ Beruntunglah kalian yang mempunyai rejeki lebih sehingga bisa pergi kemana suka. Aku? sementara jadi yang dimintain tolong dulu deh. Sebagai sekretaris yang BAIK. Tunggu... BAIK? Apa aku cukup baik ketika ada uang lelah dan transport yang aku terima dan aku masukin kantong ajaibku?


Jadi pelajaran apa yang aku petik? Simak ya, temans.

Senin, 09 April 2012

Kisah Ter-Lebay


WARNING : JIKA KALIAN ALERGI DENGAN APA-APA YANG BERBAU LEBAY, KLIK CLOSE TAB ATAU KLIK BLOG LAIN YANG LEBIH MENDIDIK. Piss... ^_^

 
Atap di atasku serasa menimpaku. Teriakan orang-orang menusuk gendang telingaku. Aku melihat Mama, tapi sedetik kemudian Mama berganti kakak perempuanku. Dan... apa itu di belakang Kakak? Makhluk hitam legam yang besar sekali, matanya seperti obor. Teriakan mereka makin menyiksaku. Dan makhluk besar itu kenapa tiba-tiba berubah menjadi badut. Menari-nari di depanku. Apa yang harus aku lakukan? Tertawa? Penginnya sih tertawa, tapi aku malah takut setengah mati.
“Sayang, bangun. Minum dulu obatnya!” Badut itu menyuruhku minum obat. Oh, tidak! Dia sekarang mengelus keningku. Aku harus menampik tangannya. Aku risih sekali melihat hidung bulatnya, bibir besarnya yang berwarna merah merona, muka putih temboknya, dan rambut kribo berwarna merah jambu dan hijau.

Kamis, 05 April 2012

Mereka adalah Binatang


Biadab itu yang bagaimana? Apakah jika kamu melukai hewan dengan keji itu pantas disebut dengan biadab? Tidak beradab. Sungguh, aku membayangkan suatu kejadian yang saaaangat mengerikan jika satu kata itu masuk ke telingaku. Pembunuhan sadis misalnya. Atau ketika kalian membaca, mendengar dan melihat kasus ketika ada seorang wanita dalam keadaan mabuk menabrak orang-orang di halte Tugu Tani? Seperti itukah yang dinamakan biadab?
“Pemakan sop itu biadab!”

Rabu, 04 April 2012

Bersyukur Lewat Danish

Aku mengerang pelan. Bibirku manyun. Mukaku jadi jelek sekali. Ditambah lagi dengan jerawat yang memenuhi mukaku. Tubuh gemukku juga membuatku cepat lelah. Dan aku benar-benar malu dibuatnya. Seringkali aku merasa iri ketika aku melihat seorang wanita yang aduhai tubuhnya. Yang kulit wajahnya pun sehalus porselin. Kita bisa bermain perosotan di pipinya saking licinnya. Mereka dengan percaya diri berlenggak lenggok di mall, jalan, sekolah, kampus, pokoknya di tempat umum mana saja. Sedangkan aku?
“Kamu siapa sih? Kok aku nggak kenal?” tanyaku pada refleksiku di cermin. Menatap wajahku dalam-dalam. Menggembungkan sebelah pipiku dan meninggalkan pertanyaan pada cermin.

Selasa, 03 April 2012

Award Spesial


Serius nih, saya nggak berniat mau sombong. Walaupun memang kenyataannya begitu (??). Bukan gimana-gimana juga sih, saya hanya ingin memajang award kok. Sungguh lho, suatu kebanggaan tersendiri jika blog kita dianugerahi sebuah award. Berarti tidak sia-sia juga kan selama ini kita memeras otak untuk membuat tulisan yang sekiranya (sedikit) berbobot. Tapi jujur sih, saya sendiri masih belum bisa merasakan dan melihat bahwa blog saya itu adalah sesuatu yang spesial. Biasa saja, karena memang yah... begitulah saya, dengan keterbatasan wawasan dan kecerdasan, saya merasa tulisan-tulisan saya selama ini masih jauh dari kata BAIK. Tapi tidak apa-apa. Tidak ada yang simsalabim, walaupun itu hal kecil sekalipun.

Senin, 02 April 2012

(Bukan) Pamer


Dorr... dorrr... dorrr... eitsss... tenang dong! Itu bukan bunyi petasan tujuh belasan. Itu bunyi... bunyian aja kok. Ugh, reseh nggak sih?

Hari ini, aku benar-benar bete sebete-betenya orang. Eneg aja gitu rasanya tanpa alasan yang jelas. Ya udah daripada bengong kayak orang ompong, mendingan aku ngetik aja. Tapi lebih bingung lagi ketika nyadar bahwa aku nggak punya ide mau ngetik apa. Ya udah, jadi ketika kalian baca kalimat ini, bayangin aja keningku berkerut dan bibirku manyun semanyun-manyunnya, maju 5 centi, haghag...

10 menit kemudian...
 
Powered by Blogger