http://www.ministrywatch.com/App_Themes/Gifs/star.gif

Pages

Subscribe Twitter Facebook

Senin, 27 Februari 2012

Apakah (Oknum) Polisi Itu Memang Tidak Pernah Belajar Sopan Santun??????

 Hargailah orang lain kalo kita mau dianggap sebagai 'ORANG BAIK'.

Hae Semuaaa :)

Ada yang penasaran nggak kenapa aku memberi judul postinganku kali ini dengan kata-kata seperti itu? Tanpa berlama-lama otak kita mencerna deretan judul di atas, pasti kalian semua tahu kalau aku lagi sebel banget sama yang namanya polisi. Maaf aja ya kalo tulisanku ini terlalu vulgar atau apalah istilahnya. Maaf juga, tulisan ini aku buat tidak bermaksud untuk mendiskreditkan kalian wahai yang terhormat bapak polisi. Tapi beneran deh, kalau ada kata yang lebih ekstrim untuk mengungkapkan perasaanku kali ini, aku pake deh. 

Oke, cukup. Sudah cukup mukodimahnya. Buat yang penasaran, geber terus aja. Kalo nggak penasaran sama sekali, yah... kalian temenku bukan sih(??), hehe

Jadi kejadian yang menyakitkan hati itu terjadi kemarin siang tepatnya di daerah... emm... aduh daerah mana ya, pokoknya daerah mau masuk Ungaran sana. Sebenarnya kejadian itu nggak menimpaku langsung sih. Tapi korban pemalakan mereka itu adalah Ayahku sendiri. Aku tahu pasti, Ayahku bukan sosok Ayah yang emosian. Justru aku mengenal beliau selama ini sebagai sosok yang sangat sabaaaar sekali. Jadi kalau kemarin Ayahku pulang dari Semarang dengan muka bete abis, pasti ada apa-apanya. Kata-kata, "Hiiiiihh... mangkel tenan aku, polisi kurang warassss, gawe gedek (emosi)," itu terlontar dari mulut Ayah. Aku bisa ngebayangin kejadian yang Ayah alami pasti sangat menyentuh hati terdalamnya. Baru sekali itu aku denger Ayah berkata seperti itu. Oh, oke deh aku ngaku, dulu, duluuuu banget Ayah juga pernah berkata seperti itu ding, tapi salahku juga, pas tahun baruan tahun 2008, aku pulang hampir jam 2 pagi soalnya aku pergi sama teman-temanku. Memang Ayahku selalu mewanti-wanti agar anaknya nggak pergi malem, walaupun itu tahun baru sekalipun. Dan aku nggak marah, aku justru minta maaf. Maaf, Ayah! 

Well, melenceng banyak dari koridor nih. Balik ke story.
Ayahku ke Semarang sama Oom untuk melayat. Berhubung ada kerabat yang meninggal. Ketika berangkat, Ayahku meminjam motorku. Vario hijau sih sebenernya tapi udah aku scotlet (atau apa sih istilahnya yang bener?) hitam transparan seluruh bodinya. Termasuk lampu belakang, kecuali lampu depan. Khusus untuk lampu belakang, memang aku scotlet hitam transparan tapi hanya separuh. Namanya hitam transparan, kalo nge-sent kiri atau kanan tetep kelihatan lampunya, dan juga kalo rem belakang pasti tetep kelihatan, kan? Toh, aku udah memakai motor itu selama 3 tahun dengan kondisi yang seperti itu, tetap tidak ada polisi yang mempermasalahkan. Bahkan motor itu pernah menemaniku sampai Kebumen, Purworejo (Klepu), Gunung Kidul, Wonosari, Magelang, Solo dan menemaniku keliling Jogja setiap harinya , tetap tidak ada polisi yang protes. Lha wong spion juga lengkap dua kok.

Jadi kemarin Ayah kena tilang cuma gara-gara scotlet tersebut. Alasannya "MENGGANGGU PEMANDANGAN". WTF, sekali lagi MENGGANGGU PEMANDANGAN????????????? Dan nggak tanggung-tanggung, tilangnya 100 RIBU RUPIAH. Dikiranya duit 100 ribu itu cuma seupil apa. Banyak, Pak Pooo, itu tuh banyak banget banget banget banget banget!!!
Tapi sebenernya bukan masalah duitnya yang membuat Ayah emosi. Jujur Ayah ikhlas lahir batin. Tapi cara polisi itu meminta udah kayak malak aja. Tidak ada sopan santunnya. Memang sih kita di Jogja sudah terbiasa dengan bicara lembut dan sopan, apa memang di daerah sana polisi tidak pernah tahu bagaimana cara bersopan santun dengan sesama. Astaghfirullah... ngelus dada deh.

Kronologinya seperti ini, temans.
Ayahku sedang santai sama Oom naik motor. Nggak ngelanggar apapun, tahu-tahu Ayah dipepet sama polisi (bisa bayangin kan kalian cara polisi mepet mangsa???). Tanpa mengucapkan selamat siang polisi itu langsung meminta STNK dan SIM. Oke, dikasih sama Ayahku tanpa bertanya dulu kenapa ditilang? Terus Ayah digiring ke pos polisi. Oke, sekali lagi masih dengan menebak-nebak kenapa, Ayahku nurut aja. Masih sabar beliau. Naah... di pos polisi itu, polisi baru ngomong kenapa, katanya ya itu tadi katanya scotlet lampu belakang "MENGGANGGU PEMANDANGAN". Ayahku berkelit, lha wong di Jogja aja tidak pernah polisi yang menganggap hal seperti itu sebuah GANGGUAN. Terus polisinya dengan jawab enteng begini, "Jogja kan yang lebih diutamakan pariwisatanya, kalo di sini ya kedisiplinannya,". Soo... dengan kata lain polisi itu nuduh kalo polisi Jogja itu nggak disiplin, gitu?
Ayah bilang gini lagi, "Ya sudah, Pak, baik-baik kan bisa, ini tinggal saya kletek (lepas) aja kan bisa toh?"
Polisinya nyolot, "Ya emang harus dikletek, dan bapak kena denda 100 ribu," (langsung nyebut nominalnya mamen, bayangin deh). Nggak bawa SIM aja cuma 30 ribu kok, di Jogja sih, masa Ayah yang STNK dan SIM lengkap, cuma masalah scotlet aja 100 ribu.

Ayah coba nawar tetep nggak dikasih. Ayah coba ngomong baik-baik, "Ini saya mau layat, keburu-buru, dikurang dikit nggak bisa?" Dan apa jawabannya tetap ngga, "Ini sudah peraturan!" WTH. Ya udah kan, Ayah ngalah ngeluarin dompet terus ngeluarin lembar demi lembar uangnya, padahal layat aja belum.

Karena duitnya harus dibagi untuk layat juga, Ayah ngasih beberapa lembar puluh ribuan yang ditumpuk jadi polisinya nggak tahu jumlahnya berapa duit yang ditumpuk itu, totalnya memang hanya 75 ribu. Kata Ayah STNK dan SIM langsung dibalikin ke Ayah. Kemudian Ayah langsung kembali ke motor dan setengah berharap polisinya bisa mengerti ketika mengetahui nominal yang dibayarkan oleh Ayah.

Tapi ternyata harapan tinggal harapan. Polisinya menghampiri Ayah dengan sikap orang yang mau berkelahi, menarik lengan jaket Ayah dan bilang, "SERATUS RIBUNYA DULU!!!"
Ya Allah! Oom-ku sampai bilang, "Alangan opo sek arep polisi iku lakoni?" (Halangan apa yang bakal polisi itu dapatkan?)

Sikap arogan polisi itu sukses menghujam ke dalam hati Ayah yang paling tersembunyi. Sabarnya habis. Dan seketika Ayah langsung mengeluarkan lembaran uang 25 Ribu dan langsung dilempar ke polisi arogan itu. Ayah kemudian berlalu. Aku bisa membayangkan bagaimana hati Ayah kemarin. Marah, bingung, emosi yang meledak-ledak, campur aduk jadi satu.

Jadi setelah  membaca sekelumit curahan hatiku di atas, apa penilaian kalian tentang polisi??? Sekali lagi deh, tulisan ini dibuat bukan bermaksud mendiskreditkan oknum polisi itu, hanya saja aku mewakili Ayahku, mencurahkan emosi yang tertahan ke dalam bentuk tulisan. Mudah-mudahan saja kita jangan sampai arogansi kita mengalahkan akal sehat kita. Nggak bisa dipungkiri, setiap jiwa pasti mempunyai sisi negatif, catet. Tapi tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengolah setiap gerakan dan ucapan kita agar selaras dengan adat sopan santun yang ada.

Salam sejahtera.

21 comments

27 Februari 2012 pukul 11.50

aku temenmu, mbak! jgn kuatir! kata paling kasar pun cocok buat polisi kayak gitu! bukan cuma gk waras tp jg binatang bgt! huhuhu

27 Februari 2012 pukul 12.36

ya begitulah potret negeri kita ..memang sangat miris..

27 Februari 2012 pukul 14.53

@eksak Terus binatang apa yang cocok? hehe

27 Februari 2012 pukul 14.53

@meutia rahmah Iya, Mbak, sudah dibutakan oleh uang :(

27 Februari 2012 pukul 15.19

wur. . . . pada kopdar yuk. . . .

27 Februari 2012 pukul 16.14

@Susu Segar Ayok... Kapan??

27 Februari 2012 pukul 16.24

kalo ayah minta surat tilang aja susah ya?
biar polisi itu kapok :)

salam kenal ya neng

27 Februari 2012 pukul 17.09

@Wury jd bingung ditanya gini, mbak! hehehe
o ya, lokasi mbak dmn, ya?

27 Februari 2012 pukul 18.16

Miris ya udah 2012 gitu loh.. =D

27 Februari 2012 pukul 18.20

Sepertinya wibawa Polisi sebagai "aparat keamanan" saat ini mulai berganti gambarannya yg identik dengan kekasaran dan pemerasan.

Padahal kita seharusnya tenang dan merasa aman jika mendengar kata polisi, tapi skrng kok pada takut ya dgn pak polisi, miris :(

Meski bgtu, Polisi jg manusia, tak ada yg sempurna. Dan kita tdk boleh meng-Generalisasi-kan hanya krn bbrp Polisi yg spt di atas ini.

Nasehat bang Meggy.Z "tidak semua laki-lakiiiii"
Hehehe...

Salam kenal jg mba wury ^_________^

27 Februari 2012 pukul 20.47

banyka sekali masyarakat yang kecewa dengan pelayanan yang harusnya mereka ini mengayomi.....

kunjungan pertama
salam kenal dan follow balik juga
Revolusi Galau

28 Februari 2012 pukul 09.07

@Nia Angga Kata polisi itu kalau minta surat tilang berarti harus sidang. Kan males juga mbak jauh2 dari Jogja ke semarang hanya untuk sidang, haduh2... :)

28 Februari 2012 pukul 09.08

@eksak Jongkok deh kalo bingung :)
Lokasi apa ini? Lokasi ketilangnya atau lokasi tempat tinggal??

28 Februari 2012 pukul 09.09

@...Uzay Gingsull... Iya nih, aku sampe prihatin hiks2...

28 Februari 2012 pukul 09.11

@Nhinis Iya sih Nis, kita nggak bisa nge-judge semua polisi kayak gitu hanya karena kesalahan satu dua polisi.

Mudah2an aja lebih banyak polisi yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan kita daripada egonya sendiri.

28 Februari 2012 pukul 09.11

@Adang Muhammad Salah satunya termasuk Ayahku.

Terimakasih sudah di follow balik :)

28 Februari 2012 pukul 17.13

Biasanya yang kayak gitu karena si polisi ngeliat platnya yang bukan orang situ, jadi dia pikir bisa ditindas. Ya nggak apa-apa, berdoa aja semoga nggak banyak polisi yang kayak gitu ^_^

29 Februari 2012 pukul 11.26

@Della Iya juga mungkin, Mbak. Plat luar kota memang jadi sasaran empuk para preman berseragam itu. Mencari-cari kesalahan yang sebenarnya hanya masalah sepele, Ugh... tapi sudahlah. Makasih mbak sudah berkunjung balik :)

5 Maret 2012 pukul 13.11

Jangan bilang siapa2 ya .....
Mungkin dia blom balik modal ....
wkkxkxkxkx

6 Maret 2012 pukul 15.30

@Sundul Mungkin juga, tapi apa harus memeras orang untuk mengembalikan modalnya?? Menyebalkan

4 September 2012 pukul 05.36

Bila para pemimpin sudah tidak bisa di percaya, maka tunggulah kehancurannya.

Posting Komentar

 
Powered by Blogger