http://www.ministrywatch.com/App_Themes/Gifs/star.gif

Pages

Subscribe Twitter Facebook

Jumat, 28 Oktober 2011

Semua Butuh Jeda !!!


Kita semua butuh jeda, nggak memandang itu siapa dan apa, semua pasti butuh jeda. Mesin foto copy aja kalo dipake terus-menerus nggak berhenti barang semenitpun, akan bobrok. Tak terkecuali saya. Di sela-sela kesibukan yang saya jalani (yang lebih tepatnya sok sibuk!), saya membutuhkan selingan atau jeda yang mungkin akan sangat berguna demi kelangsungan hidup dan masa depan. Jangan heran kenapa jeda disangkut pautkan dengan kelangsungan hidup dan masa depan?? Itu memang terdengar hiperbola dan memang saya sengaja membuat itu semua terdengar hiperbola.

Saya bicara tentang jeda atau selingan berdasarkan dengan apa yang saya alami selama ini. Selama 23 tahun saya hidup, saya mengalami banyak hal. Berdasarkan dengan apa yang kita bahas dalam paragraf di atas, KITA SEMUA, sekali lagi KITA SEMUA butuh jeda. Berdasarkan pengamatan saya selama ini, orang yang terlalu sibuk dan nggak punya waktu untuk sekedar jalan-jalan atau cuci mata, bisa kita lihat dengan mata telanjang, raut wajahnya yang terlihat kuyu dan pucat.

Sebagai contoh, saya akan mengambil dari pengalaman pribadi saya. Saya pernah sangat stres sekali akibat terlalu capek parah akibat kerja. Saya pernah kerja di butik 9-10 jam perharinya tanpa ada hari libur selama sebulan penuh. Kok bisa? Ya bisalaaaaah, apa sih yang nggak bisa buat kamu!. Lho, kok malah nglebay?
Oke, mari kembali ke jalan yang lurus.
Si pak dan bu bos yang punya butik, demi nama baik, saya nggak akan bilang kalau butik itu bernama beeeeep, mereka itu diktator kelas ikan tongkol. Memeras keringat para pegawainya persis kayak meras cucian. Nggak tanggung-tanggung deh pokoknya. Dan saya yakin sekali mereka nggak kenal dengan yang namanya JEDA atau SELINGAN. Saya sampai stres dan terlihat agak frustasi dimana dan kapanpun berada. Curhatan teman-teman seperjuangan saya juga nggak jauh beda dengan saya.  Kalau butik itu sepi sih, nggak terlalu masalah buat kami, para-pegawai-sengsara, biarpun bekerja sampai 12 jam penuh. Dan yang lebih mengenaskan, kami hanya diberi upah dengan nominal yang tidak perlu saya sebutkan di sini, dengan alasan saya tidak mau kalian yang membaca ini akan trenyuh dan mengasihani saya. Tapi nek mau ngasihani ya sini, gendong saya dan ajak saya jalan-jalan, traktir saya sepuasnya J. Akan tetapi keadaan justru sebaliknya, butik selalu dibanjiri ratusan orang setiap harinya. Saya coba contohkan, dialog yang membuat saya tambah yakin dengan ketidakadilan ini T_T.

Satu hari, entah saya lupa hari dan tanggal berapa, saya masuk shift siang. Shift terkutuk, itulah kami para pegawai menyebutnya. Jam 12 tet sampai dengan jam 21.00 atau jam 21.30 kalau sabtu minggu (itupun kalau nggak molor). Keadaan bener-bener nggak beda jauh dengan keadaan pasar Beringharjo kalau mendekati hari lebaran, wuahh... bejibun deh yang dateng. Ambil ini, ambil itu, jatuhin ini, jatuhin itu. Kami, dengan sabar mengambil dan memasang kembali di hanger seperti semula. Jengkang-jengking sampai rasa-rasanya punggung serasa mau patah. Kaki kesemutan akibat kelamaan berdiri L.
Kucluk-kucluk bos gede dateng, biasalah menyurvei dagangan dan pegawainya ini.

pak bos :”Kui tibo, kok ra dibenakke!” nunjuk-nunjuk baju yang jatuh dengan mimik muka sangar dan nggak peduli dengan apa yang sedang kami kerjakan.
pegawai :”Nggih, pak!” ngambil baju yang jatuh dengan tubuh penuh peluh.
bu bos :”Barang sek neng gudang dikeluarin semua!” nyuruh bagian gudang dan nggak liat masih ada nggak space yang kosong. Kalo kami jawab belum ada tempat, bu bos maksa. “Di sesel-seselke wae!”
Enak ya jadi bos!

Dan karena ketidakadilan inilah, saya yakin 111%, untuk mengajukan pengunduran diri dari tempat terkutuk itu. Jadi bagi siapa saja yang jadi bos atau punya cita-cita jadi bos, jadilah bos yang selalu memberi selingan atau jeda bagi pegawainya, dengan catatan yang sewajarnya saja.

Itulah sekelumit cerita saya atau bisa juga disebut dengan curcol saya, tentang saya sebagai korban atas ketidakpengertian, ketidakadilan, dan ke-an, ke-an yang lain. Mereka yang tidak punya keperibinatangan! Lho? Emangnya saya binatang! Kurang ajar...

Dan ada satu lagi nih, cerita yang nggak pernah saya lupa. Setelah memutuskan keluar dari TempatTerkutuk itu, alhamdulillah, waktu nganggur di rumah tidak terlalu lama, saya diterima kerja di resto Jepang, sebut saja KIKO (anggap aja nama sebenarnya!). Di KIKO saya diajarkan banyak sekali hal yang belum pernah saya pelajari secara mendalam sebelumnya. Kesopanan, keramahan, kelembutan, perhatian terhadap sesama, itu semua ada di dalam KIKO. Hal yang menurut saya menyenangkan sekali. Tapi siapa sangka hal-yang-menyenangkan itu justru membuat segelintir orang menjadi tidak nyaman..
Sebagai contoh, saya akan mengangkat sebuah tragedi yang saya alami.

Satu hari, entah saya lupa hari dan tanggal berapa, saya melayani sepasang customer, sepasang merpati yang nggak pernah ingkar janji karena memang tak pernah bikin janji. Apa sih?
Oke, mari kembali ke jalan yang benar!!!
Intinya seorang lelaki dan perempuan dengan pakaian perlente rapi jali khas makhluk kantoran. Saya menganut prosedur, tata cara melayani tamu dengan baik. Membukakan pintu lalu mengantar ke meja yang mereka inginkan.

saya :”Siang kak, selamat datang di KIKO, mau makan di sini atau dibawa pulang?” tanyaku dengan antusiasme yang tinggi dan dengan tatapan yang saya usahakan ramah.
tamu :”Makan sini aja!” jawabnya sambil tersenyum.
saya :”ini kak buku menunya!”
Dan bla bla bla bla bla bla bla...................
Saya sudah memenuhi tata cara yang baik, dengan tujuan agar si tamu nyaman. Tapi apa yang saya dapat?
tamu :”Mbak, tolong ya, nggak usah terlalu resmi, saya malah nggak nyaman, eneg!”
saya :*cengo dong tentu saja, tapi saya senyum juga akhirnya!*

Hal ini mengingatkan saya pada artikel yang pernah saya baca di blog-nya mas RADITYA DIKA yang berjudul Terlalu Baik Juga Tidak Baik. Isinya  “Aku bangeeet” !!!

Intinya, saya berpikir kalau, mbak-mbak dan mas-masnya itu terlalu sepaneng dengan yang saya lakukan. Mungkin mereka terlalu sibuk dan nggak ada jeda untuk istirahat di kantor. Mungkin mereka datang ke resto dengan tujuan utama yakni mencari kebebasan atau selingan, akan tetapi di resto malah disuguhi dengan layanan ekstra resmi yang malah membuat mereka eneg. Mereka mungkin mengharapkan sesuatu yang lebih nyaman dengan layanan yang santai.

Bekerja di KIKO memang menyenangkan, tapi dengan alasan keamanan dan kesehatan (karena kalo shift sore pulangnya kemalaman sampai rumah hampir jam 00.00 WIB, ini akibat jarak rumah saya-KIKO hampir 32 Km, rumah saya kutub selatan dekat pantai sedangkan KIKO Jakal km 6,3 dan karena mata saya yang rabun 2,5 ini tidak diperbolehkan memakai kaca mata, saya terpaksa harus pake softlens rata-rata 8 jam ditambah 2 jam perjalanan pulang balik jadi kalau ditotal 10 jam perhari make softlens, nggak kuat, saya pernah iritasi lho!!!!) saya keluar dari KIKO. Dan alhamdulillah, sekarang saya sudah dapat kerja di sebuah kantor reservasi tiket pesawat. Jadi bagi kalian yang butuh atau ingin beli, hubungi saya saja, via email juga nggak pa-pa, nih alamatnya wury_23wury@yahoo.com. Saya usahakan mencari tiket yang termurah.
(Wait... wait... kok malah promosi?? Yowizlah nggak pa-pa, kenal peribahasa Sambil Menyelam Minum Air kan??????

Oke, mungkin itu saja sekelumit tulisan saya. Kesimpulannya, selingan atau jeda itu bagai air, kita benar-benar-amat-sangat-membutuhkannya, lebih dari sekedar apapun.

Udah ah, Kayak ada yang baca aja!!! J


Salam
WuRy ^_^

Posting Komentar

 
Powered by Blogger