Dear Tinung, Adikku...
Apa kabarmu, Dik? Ugh, biasanya kalau kita nulis surat itu pasti nanya kabar, kan, dan mendoakan semoga dan semoga. Tapi apa hal itu berlaku untukmu, Dik? Tapi sudahlah, aku hanya berharap kamu sedang tersenyum saja.
Apa kabarmu, Dik? Ugh, biasanya kalau kita nulis surat itu pasti nanya kabar, kan, dan mendoakan semoga dan semoga. Tapi apa hal itu berlaku untukmu, Dik? Tapi sudahlah, aku hanya berharap kamu sedang tersenyum saja.
Malam ini, jam ini, menit ini serta detik ini, aku memejamkan mata dan memaksa otakku membongkar file yang tersimpan 26 bulan 2 minggu 5 hari silam. Iya, Dik! File itu tentang kamu. Jadi ijinkan aku menguntai kata demi kata ini khusus untukmu, Adikku. Agar kamu tahu betapa agung aku menyayangimu. Padahal aku tahu pasti, sampai kapanpun kamu tidak akan pernah membaca surat ini bahkan menyentuhpun tidak. Sungguh aku sadar dengan hal itu.